Project Green Back To Earth

Project Green Back To Earth

Peradaban dunia pada dasarnya merupakan sejarah manusia itu sendiri, hidup dan berkembang sebagai individu dan atau kelompok. Dimana manusia menuliskan takdirnya sendiri, menggoreskan berbagai kebudayaan pada tiap bangsanya masing-masing di berbagai belahan garis yang kini dilanda sebuah pertanyaan terbalik. Hijau ke biru lalu akankah menjadi merah dalam pelepasan atmosfirnya yang tak terkontrol, pun dengan perkembangan sains dan teknologinya sendiri. Lalu, dimanakah letak dan jejak peradaban manusia kontemporer sekarang? sebuah diskursus yang diajukan dalam perpektif bangunan sejarah awal peradaban manusia.

Parthenon-Athena, Coliseum-Roma, Basilica Santi Petri-Vatikan, Schloss Johannisburg- Aschaffenburg, Musee du Louvre-Paris, Big Ben-London, lalu Capitol Hill-Washington menjadi sebuah penanda dalam tanda tonggak awal pencapaian daya pikir-cipta kreatif. Mempertanyakan segalanya hingga mempertanyakan dirinya sendiri, selain menjadi titik dasar, menjadi pemicu munculnya berbagai perkembangan di segala lini kehidupan manusia yang tak pernah terpikirkan sekalipun sebelumnya; kemudian menjadi penggambaran kemajuan pikir dan cipta karya manusia. Semua berakar, kalaupun tidak, mencatat landasan dasar sains, seni, dan teknologi. Namun di satu sisi, juga sejarah, perang kuasa atas artefak ini, ‘membumihanguskan’ segala karya manifesto tersebut hingga hanya tinggal ‘sketsa bangunan’ semata jika hanya dinikmati dengan berbagai pose manusia zamannya.

Munculnya globalisasi, dengan segala bentuknya, menimbulkan berbagai sudut pandang atas budaya zaman. ‘Menghitamputihkan’ dalam segala caranya untuk dilihat dan berpendapat di dunia yang sesungguhnya penuh warna ini. Berbagai ‘kehijauan’ diolah sustainable ke eco lalu berubah lagi menjadi green, pertanyaannya kemudian, apa yang tersisa dengan segala nyata dan mayanya. Dengan kata lain, dimana Indonesia atas itu di dongengan dan gubahannya tentang sejarah peradaban manusia yang tersebar di manuskrip-manuskrip tua seluruh kepulauan Indonesia, ataukah masih ada?. Bermain sesantai-santainya, belajar sebebas-bebasnya, dan berkarya sekeras-kerasnya…itulah manusia.

Rumi Al-Din Jalal
Owner – Conceptor di La Borartorial